BERITA


Senin, 17/09/2012 05:45 WIB

Selisih Perolehan Suara Pemenang Pilgub DKI Diprediksi Tak Terlalu Besar

Jakarta Pertarungan sengit diprediksi akan terjadi antara cagub DKI petahana Fauzi Bowo (Foke) dan Joko Widodo (Jokowi) saat pemungutan suara 20 September mendatang. Siapapun pemenangnya diprediksi hanya akan menang dengan selisih persentase perolehan suara yang tipis.

"Pertarungan akan seru, akan sengit, dan siapapun pemenangnya mungkin selisihnya akan tipis," kata pengamat politik PRIDE Indonesia, Agus Herta Sumarto, saat berbincang, Minggu (16/9/2012) malam.

Menurut Agus, Foke akan memangkas selisih persentase perolehan suara pada putaran lalu. Dia meyakini usaha Foke meraih simpati warga DKI selepas pemungutan suara pada putaran pertama akan berhasil meningkatkan perolehan suara.

"Foke sudah menggunakan instrumen-instrumennya habis-habisan, tentu itu akan berpengaruh," ujarnya.

Senada dengan Agus, pengamat politik Charta Politika Arya Fernandes, yang dihubungi terpisah, juga memprediksi selisih perolehan suara yang tak begitu besar pada putaran kedua. Arya memprediksi selisih persentase perolehan suara dua cagub yang bertarung hanya sekitar 5 persen.

"Siapapun yang menang selisihnya 5-10 persen, karena kita lihat pada putaran pertama kalau eksistensi skema pilihan tetap, maka selisih hanya sekitar 5-10 persen," tutur Arya.

Arya menilai Jokowi masih berada di atas angin. Namun, dia mengatakan keseriusan Foke melakukan pendekatan pada rakyat di putaran kedua ini juga tidak bisa diremehkan.

"Masing-masing kandidat mempunyai peluang yang sama pada putaran kedua," imbuhnya.






 KEBAKARAN PASAR TURI LAMA


Surabaya - Setelah berjibaku selama hampir 8 jam, api yang meludeskan bangunan Pasar Turi lama serta stan yang ada di sisi baratnya berhasil dipadamkan.

"Sekitar pukul 05.00 wib api pokok sudah padam. Sekarang tinggal pembasahan," kata Kepala Dinas Pemadam Kebakaran (PMK) Kota Surabaya, Candra Oratmangun di lokasi kejadian, Senin (17/9/2012).

Petugas PMK Kota Surabaya mendapatkan laporan kebakaran di Pasar Turi lama sekitar pukul 21.15 wib, Minggu (16/9/2012). Petugas bersama mobil pemadam kebakaran (damkar) langsung bergerak ke lokasi.

Namun, api cepat membesar dan merembet ke stan lainnya, sehingga semua kekuatan personel serta seluruh mobil damkar sebanyak 28 unit dikerahkan seluruhnya.

Selain itu, juga mendapatkan bantuan mobil damkar dan instasi lainnya masing-masing 1 unit seperti dari Pemkab Sidoarjo, Pemkab Gresik, Pelindo, PT HM Sampoerna dan beberapa instasi lainnya.

"Total sekitar 35 unit mobil (damkar) dan 10 unit mobil tangki dari DKP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan), PDAM. Semuanya terus mobile bergantian," tuturnya.

Candra tidak bisa memastikan kapan akan selesai dilakukan pembasahan. Pasalnya, di lokasi kebakaran masih ada bara yang berasal dari barang pedagang yang mudah terbakar.

"Tinggal baranya saja hingga terus mengeluarkan asap. Karena barang-barangnya ini seperti sandal, sepatu mudah terbakar dan lama pembasahannya," jelasnya.






Presiden Bisa Minta Polri Kembalikan 20 Penyidik yang Ditarik dari KPK

Jakarta Keputusan Polri menarik 20 penyidik sekaligus dari KPK diyakini akan mempersulit KPK dalam upaya penuntasan kasus korupsi. Jika memang demikian, Presiden selayaknya turun tangan untuk membantu KPK.

"Kita harus melihat Polri ini sendiri bawahannya siapa, Presiden ini kan sudah punya tekad pemberantasan korupsi. Tindakan Polri yang tidak logis ini ditegur dong," kata pengamat kepolisian, Bambang Widodo Umar, saat berbincang, Minggu (16/9/2012) malam.

Menurut Bambang, penarikan 20 penyidik oleh Polri berpotensi menyulitkan KPK yang sedang berupaya mengungkap beberapa kasus besar termasuk kasus simulator SIM. Dia menilai Presiden SBY harus turun tangan untuk memerintahkan Polri agar mengembalikan penyidik yang sudah ditarik.

"Presiden bisa memberi arahan, jangan mereka memutuskan hubungan seperti itu, jangan sekaligus. Sambil biarlah KPK mempersiapkan diri," ujar Bambang.

Bambang menilai penarikan 20 penyidik sekaligus ini bisa membuat beberapa kasus yang sedang ditangani KPK mandek. "Kalau penyidik itu ditarik perkara-perkara yang sedang berlangsung itu jadi menggantung, perkaranya lumpuh. Keputusan Polri tidak logis," tandasnya.

Sebelumnya Polri mengirim surat pada 12 September 2012 lalu ke KPK. Mereka menarik 20 penyidik yang ditugaskan di lembaga antikorupsi itu kembali ke institusi awal. Dari 20 penyidik, ada yang sudah bertugas lama, namun ada juga baru setahun berdinas. Satu orang penyidik dipastikan sedang mengusut kasus Korlantas Polri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar